SAMPANG – Lapangan tenis indoor Sampang, Jawa Timur, yang dijadikan sebagai tempat penampungan ratusan warga Syiah Desa Karang Gayam dan Desa Bluuran, dinilai Komisi untuk Orang Hilang dan Korban dan Korban Kekerasan (KontraS) tidak layak huni.
Di gedung itu hanya disediakan alas terpal plastik, alas tidur seadanya dan selimut. Di Samping itu, dua kamar mandi yang tersedia sering kali tak teraliri air dan sangat tidak mencukupi bagi 355 pengungsi yang ada di penampungan.
Andi Irfan, Koordinator KontraS Surabaya, Rabu (29/8/2012) mengatakan, Pemerintah tidak siap dan tidak sigap dalam menangani para pengungsi. “Hingga empat hari mereka di penampungan, kondisi pengungsi dibiarkan tinggal dalam ruangan terbuka, tidur bersama tidak ada batas antara laki-laki dan perempuan,” ungkapnya.
Harusnya, lanjut Irfan, Pemerintah melakukan evaluasi secara komprehensif terhadap lokasi penampungan dan para pengungsi. Sebab mereka belum jelas berapa lama akan tinggal di penampungan itu. Untuk merumuskan konsep penampungan yang representatif, pemerintah bisa melibatkan perwakilan pengungsi.
Iklil, perwakilan pengungsi Syiah di penampungan mengaku kecewa terhadap pemerintah karena tidak ada pemisahan pengungsi antara orang yang sudah lanjut usia, perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta laki-laki. Iklil sendiri sudah mengusulkan kepada penjaga di penampungan, untuk membuat tabir pemisah. Namun usulan itu belum terealisasi.