MALANG – Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya menyatakan, sudah membentuk tim untuk menelusuri kematian Fikri Dolasmantya Surya, mahasiswa ITN, ketika mengikuti kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) yang dilakukan jurusan Palonologi.
“Kekerasan dialami seluruh peserta kemah dan berulang-ulang. Kekerasan itu yang menewaskan Fikri Dolasmantya Surya,” terang Koordinator KontraS Surabaya, Andy Irfan Juanedy, Jumat (13/12/2013).
Lanjur Andy, KontraS telah menemui belasan mahasiswa seangkatan Fikri untuk mengumpulkan keterangan. Hasilnya, semua peserta membenarkan adanya kekerasan fisik yang dilakukan panitia KBD. Bahkan kekerasan juga dilakukan senior mereka yang tidak masuk dalam kepanitiaan.
BKD dirancang semi militer, namun tidak terencana dan tidak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP). Akibatnya kekerasan yang dilakukan tidak terukur dan dilakukan sesuka panitia. Dengan cara seperti itu, Andy tidak heran jika jatuh korban. “Kegiatannya niru-niru militer, tetapi semua tidak terukur. Kekerasan dilakukan secara ngawur,” katanya.
Terkait LPSK, Andy mengatakan, sejumlah mahasiswa baru yang menjadi saksi mendapat ancaman. Menggandeng LPSK dianggap langkah strategis untuk memberikan rasa aman kepada para saksi. Dengan demikian para saksi juga akan nyaman memberikan keterangan.
“Para saksi harus dilindungi. Jangan sampai mereka terintimidasi sehingga tidak mau memberikan keteragan,” tambahnya.
Lebih jauh, Andy berharap pihak ITN bersikap obyektif. Mereka harus menelusuri penyebab kematian Fikri di dalam KBD tersebut. Jangan sampai pihak Rektorat menerima mentah-mentah keterangan yang diberikan pihak panitia.