Oknum TNI Sekap dan Hajar Pemuda di Surabaya, Hingga Kini Kasusnya Mengambang

SURABAYA – Orangtua korban kekerasan oknum TNI AL, Peltu C.I., minta pendampingan hukum ke Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya.

Kasus yang dilaporkan Santi M. (ibu korban) pada 22 Maret 2015 hingga kini belum ada kepastian.

Santi asal Perumahan Puri Lidah Kulon saat ditemui di kantor KontraS Surabaya didampingi Fatkhul Khoir, Koordinator Badan Pekerja Kontras Surabaya, hanya minta kepastian hukum. Pasalnya, sejak peristiwa terjadi, pihaknya sudah melaporkan ke Polrestabes Surabaya dengan nomor LP/412/B/III/2015/Jatim. Kasus yang menimpa korban berinisial SEV saat itu ditangani penyidik Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya.

Karena kasus ini menyangkut anggota TNI akhirnya dilimpahkan ke Lantamal V Dissyahal. Pelimpahan perkara itu dilakukan 2 Januari 2016 dan ditandatangani Wakasat Reskrim Kompol Manang Soebekti.

“Kami cukup prihatin dan muncul tanda tanya. Kasus penganiayaan laporannya 22 Maret 2015 tapi baru dilimpahkan 2 Januari 2016 ke Lantamal V,” ujar Fatkhul Khoir sembari mengangkat bahu saat ditemui di kantor KontraS Surabaya, Jalan Monginsidi 5, Sabtu (30/7).

Kontras akhirnya melayangkan surat ke Dan Lantamal V, Dissyahal 22 Juli kemarin.

“Besok Senin (1/8) akan kami follow up ke Lantamal untuk menanyakan yang sudah kami kirim,” papar Fatkhul Khoir.

Menurut Santi, ibu korban, kejadian itu saat anaknya (SEV) ke rumah Brigita, temannya di Perumahan Pondok Benowo untuk pinjam buku dipakai persiapan Unas. Ketika keluar dari rumah Brigita sekitar pukul 20.30 WIB, Sulthan tiba-tiba dihadang dua lelaki tak dikenal.

“Anak saya dituduh melakukan perbuatan asusila,” cerita Santi didampingi Sulthan di kantor Kontras.

Asusila seperti apa?

“Nggak tahu pokoknya asusila gitu dan Sulthan mengaku tidak pernah melakukan apa-apa,” paparnya.

Lantas korban diseret ke tempat sepi dan saat motor korban, Yamaha Mio Soul, dibawa teman lelaki tak dikenal, Brigita mengetahui dan teriak.

Brigita akhirnya memanggil ibunya untuk mengikuti.

“Anak saya sudah dipukul empat kali oleh dua orang tak dikenal itu,” ujar Santi dan diamini oleh Sulthan.

Tampaknya dua lelaki itu membawa SEV ke gudang milik RW di kawasan Perumahan Pondok Benowo.

Dua lelaki itu lantas memanggil oknum TNI AL Chaqim Isnaini. Tapi setelah korban ada di tangan oknum TNI itu, dua lelaki itu meninggalkan lokasi.

“Anak saya dimasukkan gudang yang isinya sound system dan dipukul sampai kena ulu hati dan pelipisnya,” ungkapnya.

Sekitar pukul 22.00 WIB, Santi mendapat informasi jika anaknya telah disekap. Seketika itu, Santi yang juga memerankan sebagai ayah karena ayahnya sudah meninggal dunia meluncur ke Perumahan Pondok Benowo.

“Kalau saya tidak ke sana, anak saya ditelanjangi. Jadi saya ke sana untuk menyelesaikannya,” tutur Santi dengan bibir bergetar.

Setelah mengambil Sulthan, Santi beberapa kali menanyakan pada SEV.

“Kamu (SEV) berbuat asusila sama siapa? Tapi jawabannya selalu mama masak nggak percaya sama saya dan jawabannya selalu itu,” ungkap Santi.

Sesuai pengakuan SEV, jika dirinya tidak mengakui berbuat asusila akan dipukul. “Jadi anak saya akhirnya mengiyakan supaya tidak dipukul,” jelasnya.

Fatkhul Choir menyayangkan atas ulah oknum TNI AL ini. Sebagai aparat keamanan seharusnya ditanya lebih dulu bukan langsung main pukul.

“Seharusnya cross check dulu. Benar apa tidak SEV melakukan perbuatan asusila,” sambung Fatkhul.

 

Sebarkan !