Aktivis Jombang Nobar Film “Bunga” untuk Munir

“Jadi, setidaknya kita bisa merawat ingatan bahwa ada kasus pembunuhan aktivis HAM yang belum dituntaskan di Negara ini dan juga ingin perjuangan Munir dilanjutkan para aktivis era sekarang,” kata Ayu.

Jombang,  (Antara Jatim)  – Para aktivis di Jombang nobar (nonton bareng) film berjudul Bunga untuk meneladani konsistensi dan komitmen Munir sebagai aktivis HAM (Hak Asasi Manusia) yang diyakini menjadi korban konspirasi yang dibunuh 12 tahun lalu, tepatnya sejak 7 September 2004.

“Sebenarnya rencananya kita juga mau nobar film yang berjudul cerita cak Munir. Tapi waktunya tidak cukup. Meski hanya dua film, teman-teman yang hadir kami lihat antusias mengikutinya. Baik nobar maupun diskusinya,” kata penanggung jawab kegiatan,  Ayu Prakoso di sela-sela nobar di Jombang,  Rabu malam.

Ia menuturkan kegiatan itu untuk mengingatkan kembali sosok Munir yang kelahiran Malang pada 8 Desember 1965 itu kepada para aktivis masa kini dan mendorong pemerintah menangkap pelaku pembunuhan terhadap Munir karena sampai saat ini kasusnya belum tuntas.

“Jadi, setidaknya kita bisa merawat ingatan bahwa ada kasus pembunuhan aktivis HAM yang belum dituntaskan di Negara ini dan juga ingin perjuangan Munir dilanjutkan para aktivis era sekarang,” kata Ayu.

Setelah nobar film usai, dua pembicara langsung memaparkan pandangannya terhadap kisah yang sudah dilihatnya, salah satu pembicara Roy Murtadlo mengatakan, dari berbagai pesan Munir diantaranya yang harus diteladani adalah keberaniannya mengambil tindakan dalam kebenaran.

“Percuma kita membaca banyak buku, tapi tidak berani melawan ketidkadilan. Itu salah satu yang dipesankan Munir semasa masih hidup, beliau (Munir-red), bukan tidak memiliki rasa takut tapi rasa takutnya dia adalah ketika tidak bisa menghilangkan ketakutannya sendiri,” kata Roy didepan para aktivis yang hadir.

Sementara itu pembicara lainnya perwakilan KontraS Surabaya, Djuir Muhammad, menerangkan bahwa sosok Munir merupakan tokoh pejuang HAM yang tidak pandang bulu tidak hanya hak-hak orang sipil seperti petani dan buruh, tapi Munir juga pernah mendorong pemerintah menaikkan gaji TNI-Polri.

“Usaha Munir mendesak pemerintah menaikkan gaji TNI-Polri berhasil hingga terbit regulasinya ketika itu,” jelas Djuir.

Dia kembali menyinggung pengungkapan kasus pembunuhan Munir yang dinilai belum dituntaskan Negara, menurutnya, KontraS memiliki berbagai data dokumen yang bisa dicek kebenarannya bahwa sejumlah orang penting di republik ini terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir.

“Dua periode pemerintahan SBY tidak menuntaskan kasus ini, sekarang pemerintahan pak Jokowi juga belum bisa, malah justru orang-orang yang kami yakini terlibat dalam pembunuhan Cak Munir diberi posisi strategis dalam pemerintahan, inilah yang membuat kami selalu mempertanyakan komitmen pemerintah menuntaskan kasus ini,” terangnya. (*)

Editor: Edy M Yakub

Sebarkan !